Masdiqkzone - Alhamdulillah, satu minggu sudah aku berada di
kampung halaman tercinta. Masih menikmati masa-masa liburan semester yang cukup
panjang. Berusaha menghilangkan penat dan kesibukan yang selama ini menjadi
makanan sehari-hari di saat masa kuliah. Serta bisa berkumpul bersama orang tua
dan seluruh keluarga tercinta. Melepas rindu setelah hampir empat bulan tak
pulang kampung. Tak lupa aku manfaatkan masa liburan ini sebagai ajang berbakti
kepada kedua orang tuaku yang sudah bersusah payah menekolahkan dan merawatku
sejak kecil. Itulah sedikit aktivitas yang aku lakukan di masa liburan seperti
ini. Sebenarnya masih banyak dan mungkin tak akan cukup jika aku tuliskan satu
persatu.
Namun, selalu saja ada sesuatu yang aku rindukan jika masuk
masa liburan yaitu masa-masa kuliah dan masa kebersamaan bersama kawan-kawan di
Semarang. Terdengar aneh memang, tetapi itulah yang terjadi hampir di setiap
masa liburan tiba. Di saat kuliah rasanya ingin cepat-cepat liburan begitu pula
sebaliknya, di saat liburan malah ingin cepat-cepat kuliah. Perasaan ini
mungkin tak hanya dirasakan olehku saja, tetapi juga oleh sejumlah mahasiswa
lainnya. Yah.. begitulah manusia, plin-plan. Namun itu wajar, jika tak
seperti itu bukan manusia namanya hehe..
Kawan, di akhir pekan seperti sekarang ini tak tau kenapa
aku jadi rindu dengan aktivitas rutinku di kampus setiap akhir pekan (Jumat
atau Sabtu). Aktivitas itu bernama halaqoh. Ya, di akhir pekan tepatnya
Jumat malam atau Sabtu malam aku biasa mengikuti aktivitas halaqoh ini
bersama sejumlah kawan. Kelompok halaqoh kami biasa bertempat di Masjid
Ulul Albab yang merupakan masjid kampus Unnes, mushola atau masjid sekitar
kampus dan juga tempat-tempat lainnya seperti taman, rumah makan dll. Sekadar
informasi, halaqoh secara bahasa artinya lingkaran. Sedangkan secara
istilah merupakan pengajian dimana orang-orang yang ikut dalam pengajian itu
duduk melingkar. Istilah halaqoh di Indonesia umumnya sering dikaitkan
dengan pengajian dalam format kelompok kecil antara 5 sd 10 orang, dimana ada
satu orang yang bertindak sebagai narasumber atau sering diistilahkan murrabi
dan sisanya sebagai mutarrabi.
Aku sendiri telah mengenal istilah halaqoh sewaktu
aku masih duduk di bangku SMA. Saat aku aktif di organisasi Rohis (Kerohanian
Islam) di SMA N Banyumas. Saat itu kami rutin mengikuti halaqoh di Sabtu
sore sepulang sekolah. Waktu terus berlalu dan aku melanjutkan sekolah di
Universitas Negeri Semarang. Aku menyadari bahwa ternyata di kampus juga ada
yang namanya halaqoh, bahkan lebih terstruktur rapi. Masih segar dalam
ingatan saat aku baru masuk, selang beberapa hari aku diajak oleh kakak senior
untuk menghadiri sebuah acara di PKMU. Usut punya usut ternyata aku dicarikan
kelompok halaqoh olehnya. Anehnya bukan hanya aku saja, banyak mahasiswa
baru lainnya yang demikian termasuk dua kawanku dari SMA. “Alhamdulillah,
masih bisa dipertemukan dengan halaqoh sebagai salah satu aktivitasku di
kampus”, ungkapku dalam hati.
Kawan, berbicara mengenai halaqoh aku mempunyai
pengalaman panjang bersama aktivitas ini. Selama lima semester berkuliah aku
sudah 3 kali berganti kelompok halaqoh. Berbagai alasan dan pertimbangan
menjadi penyebab 3 kali aku pindah. Pertama masuk aku dikelompokan berdasarkan
hasil kelompok saat acara di PKMU yang aku ceritakan di paragraph sebelumnya.
Saat itu aku dikelompokan bersama ADS (Aktivis Dakwah Sekolah) lainnya dari
berbagai jurusan. Namun sayang, kelompok halaqoh pertamaku ini tak
berlangsung lama. Seringnya peserta tak hadir membuat kelompok halaqoh
ini dibubarkan. Padahal aku rasa aku sering berangkat saat itu. Akhirnya aku
dipindah ke kelompok halaqoh yang lainnya.
Aku dipindah ke kelompok dimana ada satu kawanku dari SMA.
Aku sangat senang kala itu karena aku pikir aku bisa bernostalgia dengannya dan
juga bisa menemukan kawan baru. Awal-awal berjalannya halaqoh ini aku
tak banyak mengalami kesulitan dalam penyesuaian. Murrabi dan kawanku
lainnya sangat hangat dalam menerimaku. Aku pun mulai bisa berbaur bersama
mereka. Namun selang beberapa kali pertemuan aku mulai menemukan ketidakcocokan
di kelompok ini. Entah mengapa aku mulai merasa malas dan enggan untuk hadir.
Bukan karena aku tak lagi merasakan ukhuwah ataupun sambutan hangat dari
mereka. Melainkan karena sistem dan suasana yang aku rasa sudah tidak sesuai
denganku. Sistem penyampaian waktu pelaksanaan halaqoh yang selalu
mendadak dan tidak sesuai jadwal menjadi salah satu yang membuat aku keberatan.
Selain itu suasana juga menjadi bahan pertimbanganku untuk pindah. Sekadar
informasi, aku merupakan anak FBS satu-satunya di kelompok halaqoh
tersebut. Walaupun memang tak bijak jika perbedaan fakultas menjadi alasan,
tetapi aku merasa bahwa suasana yang tidak sesuai hati malah akan menjadi
bumerang di kemudian hari. Akhirnya aku memutuskan untuk pindah dengan meminta
ijin terlebih dahulu.
Kemudian aku memilih bergabung dengan kelompok halaqoh
kawanku semasa SMA lainnya. Aku memilih kelompok ini karena aku sudah kenal
baik dengan murrabinya, selain itu suasana yang berbeda juga menjadi
bahan pertimbanganku. Di kelompokku yang baru ini aku mendapatkan hal yang
sama, ukhuwah yang erat dan sambutan yang hangat menjadi cirri khas dari setiap
halaqoh. Oleh sebab itulah aku nyaman dengan aktivitas ini dan sangat
menyesal jika melewatkannya. Aku melewati waktu yang cukup panjang bersama
kelompok ini. Pernah suatu ketika sang murrabi mengajak para mutarrabi
termasuk aku untuk pergi memancing bersama. Pengalaman memancing bersama
kawan-kawan menjadi salah satu pengalaman berharga semasa kuliah. Pengalaman
itu aku dapatkan di kelompok ini. Namun sayang beribu sayang, aku harus
berpindah kelompok halaqoh lagi dan lagi. Kali ini bukan karena
seringnya mutarrabi yang tak hadir ataupun sistem dan suasana yang tak
sesuai harapan, melainkan karena kebutuhan. Sang murrabi menjelaskan
alasan dipindahkannya kami karena kebutuhan saja. Mengharuskannya mutarrabi
berasal dai fakultas yang sama menjadi alas an kuat dipindahkannya kami. Dengan
adanya mutarrabi dari fakultas yang sama, akan memudahkan bagi murrabi
dalam memonitoring kita para mutarrabi. Kita juga akan lebih mudah
menyatukan visi dan misi jika kita tinggal dalam satu atap fakultas yang sama.
Akhirnya harus pindah lagi.
Di kelompok halaqoh ke-4 inilah aku berada. Bersama murrabi
yang kece pake banget dan kawan mutarrabi yang geje juga
pake banget inilah aku mengikuti halaqoh sampai sekarang. Kelompok halaqoh
paling asyik jika aku harus membandingkan dengan ke-3 kelompok sebelumnya.
Suasana yang riang penuh canda tetapi juga kadang garing inilah yang membuatku
nyaman. Harapannya kelompok ini bisa menjadi kelompok halaqoh
terakhirku. Aamiin..
Kawan, lingkaran itu bernama halaqoh. Lingkaran yang insya
Alloh selalu dinaungi sayap para malaikat. Lingkaran yang insya Alloh
selalu diridhai oleh Sang Pemilik Jagat Raya dan lingkaran yang insya Alloh
tidak akan pernah bengkok. Akan selalu melingkar laksana matahari dan akan
selalu kuat laksana rantai besi. Salam semangat kawan-kawanku.. ^.^
0 comments:
Post a Comment