Masdiqkzone - Islam memang agama yang sempurna, dimana segala
aspek kehidupan dibahas didalamnya. Islam memang agama yang besar, lahir 14
abad yang lalu dan pengaruhnya masih kuat hingga saat ini. Bahkan kelak hingga
hari akhir. Dibawah naungannya, umat manusia yang taat beribadah yaitu mereka
yang senantiasa menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya lah yang
akan selamat. Tak seorangpun yang bisa menyangkal fakta-fakta tersebut.
Bangsa-bangsa di seluruh duniapun baik secara terbuka maupun tertutup
menyatakan kekagumannya terhadap Islam. Pernyataan saya ini bukanlah sebuah
opini belaka yang saya dapat dari media masa baik cetak maupun elektronik,
tetapi fakta yang saya dapat dari sebuah pengalaman pribadi. Pengalaman ini
saya alami saat saya dan tiga orang teman mendapat kesempatan diwawancarai oleh
seorang peneliti dari Jepang. Begini ceritanya.
Selasa, 26 Februari 2013 saya berangkat ke kampus
karena mendapatkan undangan untuk menghadiri LPJ dan Rapat Kerja Hima Jurusan
Bahasa dan Sastra Inggris Unnes. Dikarenakan acara yang belum dimulai, saya
pergi menuju ruang tata usaha berencana untuk menanyakan perihal pengisian KRS
(Kartu Rencana Studi). Kebetulan hari itu merupakan pengisian KRS tahap dua.
Saat saya sedang berbincang-bincang dengan kakak kelas, Ketua jurusan datang
menghampiri kami dan bertanya kepada kakak kelas terkait keikutsertaannya di
Obsesi (Rohis Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris). Kebetulan kami berdua adalah
anggota Obsesi, sehingga beliau mengutarakan maksud dan tujuannya kepada kami.
Kami terlibat dalam perbincangan yang cukup panjang, intinya adalah beliau
meminta bantuan kepada kami (Obsesi) untuk bersedia menemani sahabatnya yang
dari Jepang untuk diwawancarai. Diketahui bahwa sahabatnya tersebut sedang
melakukan penelitian terkait Islam di Indonesia. Saya berfikir bahwa ini
merupakan kesempatan yang bagus, dan hal senada juga disampaikan kakak kelas
kepada saya. Oleh karena itu kami menyatakan sanggup untuk membantu, dan
perbincangan diakhiri dengan pesan beliau untuk menghubungi saya nanti jika
sahabatnya sudah siap.
Selepas mengikuti LPJ Hima, sayapun makan di warteg
dekat kampus dimana tiba-tiba masuk sms dari Bu Issy (Ketua Jurusan). Beliau
berpesan kepada saya untuk datang ke gedung B8 pukul 1 siang agar bertemu
dengan sahabatnya tersebut. Singkat cerita sahabat dari Jepang itupun sampai
pada pukul 13.30. Dengan mengajak tiga kakak kelas yang kebetulan berada dalam
satu organisasi dengan saya, mereka adalah Bowo Hafiedz Soffan, Shofia Desy
Rohmawati dan Uswatun Nangimah. Kami berempatpun masuk ke ruang ketua jurusan
dimana sahabat dari Jepang tersebut sudah berada di dalam. Perkenalanpun
terjadi, nama beliau adalah Prof Satomi. Beliau merupakan seorang muallaf
dengan nama Islam Nur Khasanah. Setelah sedikit berbincang-bicang, diketahui bahwa
Prof Satomi sudah lama mengenal Indonesia karena pada tahun 1987 beliau pernah
menimba ilmu di Surakarta tepatnya di UMS (Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Tak heran jika bahasa Indonesianya sudah lancar. Setelah kami tanyakan ternyata
beliau sedang menjalani penelitian selama tiga tahun mengenai kehidupan dan
budaya Indonesia. Selama 20 hari berada di Indonesia, setiap 4 hari beliau
berpindah kota. Saat ini beliau berada di Semarang dan selanjutnya akan menuju
Jogjakarta.
Sebenarnya saya sedikit ragu (tidak tahu ketiga
teman saya) saat berbincang dengan beliau, ragu jika nanti salah berucap. Namun
pada akhirnya ya dibawa santai saja. Pertanyaan demi pertanyaan terlontar dari
bibir beliau. Beliau banyak bertanya perihal kegiatan keislaman dikampus, terutama
lembaga atau organisasi. Kamipun menjelaskan kepada beliau bahwa organisasi
Islam di Unnes berbeda bergantung
tingkatnya. Mulai dari tingkat universitas, fakultas dan jurusan. Secara
perlahan kami menjelaskan secara terperinci organisasi-organisasi tersebut
beserta namanya. Selanjutnya beliau bertanya perihal program pembinaan Islam di
kampus. Kamipun menjelaskan panjang lebar terkait program mentoring dikampus,
mulai dari apa itu mentoring, waktu pelaksanaannya, tujuannya, materi yang
disampaikan dan masih banyak lagi. Saya sampai lupa karena terlalu banyaknya
pertanyaan yang diajukan beliau. Namun intinya adalah beliau sangat tertarik
dan mengapresiasi sekali jawaban kami atas pertanyaannya.
Satu pertanyaan menarik dari beliau adalah saat
beliau bertanya mengenai cita-cita kami berempat. Mulai dari mba Uus yang
sebelum jadi guru ingin bekerja untuk mencari pengalaman. Mba Desy yang ahli
dalam bidang ekonomi dan ingin meneruskan kuliah di bidang ekonomi serta
berwirausaha. Mas Bowo yang ingin berwirausaha di bidang design, dan saya yang
juga ingin berwirausaha. Beliau sempat bercerita saat menyinggung masalah komik
bahwa maraknya komik di Jepang yang tidak sesuai dengan aslinya. Maksudnya
adalah sesuai dengan sejarah yang sebenarnya. Kita tahu bahwa mangaka (*pembuat
komik Jepang) kebanyakan mengambil sumber dari sejarah-sejarah dunia seperti
perang salib dsb. Mereka membuat tanpa tahu sejarah aslinya, itulah yang
membuat Prof Satomi sedikit kecewa. Prof Satomi sendiri merupakan dosen agama
Islam di Jepang (kalau tidak salah). Sehingga beliau tahu betul akan hal
tersebut. Beliau juga berpendapat bahwa para mangaka melakukan hal itu karena
mereka kekurangan ide.
Satu lagi pertanyaan yang cukup saya ingat, beliau
bertanya mengenai pandangan kami terhadap Amerika dan Inggris. Sebuah
pertanyaan yang menurut kami cukup sulit karena keterbatasan kami tentunya.
Kamipun menjawab sepengetahuan kami saja bahwa Amerika dan Inggris merupakan
Negara Adi Kuasa yang secara tidak langsung menguasai dunia. Baik dari segi
ekonomi, militer dan paham.
Perbincangan kami berlangsung hampir sekitar satu
jam, pertanyaan demi pertanyaan telah disampaikan dan kami jawab semampunya,
pertemuan itupun kami akhiri dengan berfoto bersama. Sungguh pengalaman yang
luar biasa bisa bertemu dan berbincang langsung dengan Prof Satomi. Seorang
Muallaf dari Jepang yang sengaja datang ke Indonesia hanya untuk belajar
tentang budaya dan Islam.
Dari pengalaman saya ini, saya bisa menegaskan lagi
akan keistimewaan Islam di awal tulisan ini. Bahwa Prof Satomi merupakan
muallaf Jepang yang sangat peduli terhadap Islam, padahal belum tentu orang
lain di Jepang bisa menerima agama suci ini. Beliau hidup di negara dengan
minoritas muslim saja begitu sangat pedulinya terhadap Islam, apalagi kita yang
hidup dengan mayoritas muslim terbesar di dunia. Apakah kita akan sepeduli
mereka..? tentu harus iya, bahkan lebih.